Minggu, 28 April 2013

Taman Mayura







 
Taman Mayura dibangun pada masa Kerajaan Bali masih berkuasa di Pulau Lombok, yakni sekitar tahun 1744 M oleh Raja Anak Agung Made Karangasem. Oleh sebab itu, bangunan taman ini sangat kental dengan corak Bali dan Jawa.  Awalnya, bangunan ini bernama Taman Istana Kelepug, kelepug berarti suara yang muncul dari derasnya air yang keluar dari mata air di tengah kolam dalam taman tersebut. Kemudian, taman ini mengalami renovasi pada tahun 1866 dan sejak itulah Taman Kelelpug ini berganti nama menjadi Taman Air Mayura. Mayura sendiri berasal dari bahasa Sangsekerta yang berarti Burung Merak. Konon, pada masa Raja Anak Agung Ngurah Karangasem didapati banyak sekali ular yang berkeliaran di sekitar taman istana, maka dipeliharalah buruk merak untuk memangsa ular-ular tersebut.
Taman ini dilengkapi dengan kolam yang ditata indah sedemikian rupa sehingga membentuk taman yang asri sedap dipandang mata siapapun. Di tengah kolam, berdiri sebuah bangunan yang bernama Bale Kambang. Bangunan ini merupakan simbol dari badan peradilan pada zaman Rad Kerta. Orang-orang yang berperkara biasanya diadili di Bale Kambang ini. Di sekitar Bale Kambang dihiasi oleh patung-patung bercirikan orang muslim, yaitu Arab, Muslim Cina, dan Jawa. patung orang Muslim tersebut berdiri di bagian Barat, Timur, dan Utara dari Bale Kambang, berdampingan dengan bangunan linggih yang sangat kental nuansa Hindu Balinya.
Tak hanya itu, taman ini pun menyimpan sebuah pura suci  yang letaknya di hulu kolam. Jangan heran pula kalau di dalam kompleks taman ini akan banyak dijumpai deretan pohon-pohon manggis sehingga akan menambah kesejukan suasana. Adapun sebuah patung batu manusia yang berwajah Asia Barat. Konon, patung ini dibuat sebagai tanda terima kasih raja kepada orang dari Asia Barat karena telah memberikan idenya dalam rangka memelihara buruk merak untuk membasmi hama ular yang mengganggu istana.
Taman ini terletak  di pusat bisnis, tepatnya di Kecamatan Cakranagera, Kota Mataram, Provinsi Nusa  Tenggara Barat, Indonesia. Perjalanan menuju Taman Mayura membutuhkan waktu tempuh  sekitar 15 menit dari kecamatan Narmada. Di sekitar lokasi wisata ini pun pengunjung dapat menemukan banyak sekali tempat penginapan dan restauran. 
   


Asal Mula Taman Mayura

Sejarah keberadaan Taman Mayura berhubungan erat dengan sejarah keberadaan orang-orang Bali di Lombok. Taman ini sudah ada sejak Kerajaan Singasari atau Karangasem Sasak di Lombok pada awal abad ke-19. Ketika itu di Lombok masih terdapat kerajaan-kerajaan kecil, seperti Mataram, Pagesangan, Sengkano, dan sebagainya.
Dalam perkembangan selanjutnya, dari kerajaan-kerajaan kecil itu sampai dengan tahun 1823 hanya tinggal dua kerajaan, yaitu Singasari dan Mataram. Kedua kerajaan ini pun berperang. Singasari kalah, raja dan keluarganya melakukan puputan di Sweta. Hanya dua orang anaknya yang masih kecil-kecil, laki-laki dan perempuan, yang sempat diamankan dan dibawa ke Karangasem (Bali). Walaupun Mataram berada di pihak yang menang, namun rajanya tewas dalam peperangan itu. Sebagai pewaris tahta kerajaan Mataram adalah Anak Agung Gde Ngurah Karangasem (Putra Mahkota) dan adiknya bernama Anak Agung Ketut Ngurah Karangasem.
Pada pertengahan abad ke-19, Putra Mahkota Kerajaan Mataram membangun Puri di atas bekas Kerajaan Singasari yang hancur. Pembangunannya selesai pada tahun 1866. Puri itu diberi nama Singasari atau Karangasem, kemudian diganti menjadi Cakranegara. Tahun 1894 ketika terjadi perang melawan Belanda yang berakhir dengan kekalahan Mataram, Puri kerajaan hancur. Perisitiwa penting yang terjadi pada waktu itu ialah ditemukannya Keropak (naskah lontar) yang kemudian terkenal dengan nama Negarakertagama. Pada waktu itu, keropak tersebut kemudian diketahui sebagai satu-satunya naskah yang berisi gambaran yang paling lengkap tentang kerajaan Majapahit.
Berdasarkan pada kenyataan tersebut, maka Taman Mayura dan juga Pura Meru dapat dipandang sebagai satu-satunya bukti kehadiran kerajaan Singasari atau Karangasem di Lombok, atau kerajaan Mataram yang kemudian mengganti nama menjadi Cakranegara.
Taman Mayura Cakranegara tak hanya sebagai objek peninggalan sejarah dan budaya namun kini juga mengemban fungsi sebagai tempat kegiatan ritual keagamaan, sarana rekreasi, dan fungsi sosial bagi masyarakat di sekitarnya. Karena statusnya masih digunakan sebagai sarana kegiatan ritual, maka tak heran jika Anda berkunjung ke sana maka akan terlihat orang-orang yang sedang melakukan sembahyang bagi umat Hindu. Masyarakat yang melakukan sembahyang bukan hanya Lombok saja, melainkan juga dari Bali, terutama pada hari-hari besar bagi umat Hindu.
Selain sebagai sarana kegiatan ritual keagamaan, taman ini pun difungsikan sebagai sarana rekreasi bagi masyarakat sekitarnya yang mempunyai hobi memancing. Di Taman Mayura terdapat kolam yang mengelilingi Bale Kencana Taman Mayura dengan latar belakang Pura Meru dan oleh pengelola Taman tersebut ditabur benih ikan untuk pemancingan. Pada hari libur biasanya banyak pengunjung terutama masyarakat sekitarnya yang melakukan kegiatan dengan memancing. Sebelum peristiwa peledakan bom di Bali, Taman Mayura dulu banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Sekarang tinggal beberapa wisatawan asing yang berkunjung di sana, selebihnya wisatawan domestik dari dalam Lombok atau dari luar Lombok.

Tidak ada komentar: